|
Mengapa harus Setting
Goals ?
|
Kenapa ada orang malas?
Kenapa ada orang membuang-buang waktu?
Alasan utama mengapa mereka seperti ini adalah
karena mereka tidak menghabiskan cukup waktu untuk memikirkan apa yang sebenarnya
mereka inginkan dari kehidupan, dan belum menetapkan tujuan untuk diri mereka
sendiri.
Proses menetapkan tujuan membantu kita memilih ke
mana kita ingin pergi dalam hidup. Dengan mengetahui dengan tepat apa yang
ingin dicapai, kita tahu di mana harus memusatkan upaya dan pikiran. Kita juga
akan segera menemukan gangguan yang menyesatkan kita dari tujuan utama kita.
“MIMPI yang terus kita pikirkan akan berubah
bentuk menjadi RENCANA
RENCANA
yang kita ucapkan akan berubah bentuk menjadi KOMITMEN
KOMITMEN
yang kita lakukan akan berubah bentuk menjadi KENYATAAN,
Dengan
RENCANA, kita sudah membuat satu langkah lebih dekat dengan KENYATAAN”
-William
Tanuwijaya, Pendiri Tokopedia-
Menetapkan tujuan memberi kita visi jangka panjang
dan motivasi jangka pendek. Ini memfokuskan kita mengatur waktu dan sumber daya
sehingga kita dapat memanfaatkan hidup sebaik-baiknya.
Dengan menetapkan tujuan yang tajam dan jelas, kita
dapat mengukur dan bangga dengan pencapaian tujuan tersebut, dan kita akan
melihat kemajuan ke depan dalam apa yang sebelumnya tampak seperti pekerjaan
sia-sia yang panjang serta meningkatkan rasa percaya diri, karena kita
mengenali kemampuan dan kompetensi diri sendiri dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Jadi mulailah tetapkan tujuanmu dari sekarang!
|
Cara Setting Goals
‘SMART’
|
Cara ini adalah cara yang sudah popular digunakan,
dengan menggunakan acronym ‘SMART’
S
– Spesific (atau Signifikan).
Dalam membuat sebuah goal harus spesifik, tujuan
yang spesifik memberikan peluang yang jauh lebih besar untuk dicapai. Untuk
membuat tujuan yang spesifik pertanyaan-pertanyaan ini harus dipertimbangkan:
·
What : Apa yang ingin dicapai?
·
Who : Siapa yang terlibat dalam tujuan
ini?
·
When : Kapan tujuan ini ingin dicapai
·
Why : Mengapa tujuan ini ingin dicapai
Contoh :
Saya ingin menjadi youtuber (Umum)
Saya ingin mendapatkan 1000 subscriber dan 4000
jam tayang di youtube di awal tahun 2022 agar video saya bisa diuangkan dan saya
bisa bekerja tidak terikat karena harus sambil merawat orangtua.
M
– Measurable (atau Berarti).
Tujuan harus memiliki kriteria untuk mengukur
kemajuan. Jika tidak ada kriteria, kita tidak akan dapat menentukan kemajuan .Untuk
membuat tujuan terukur, tanyakan pada diri sendiri:
·
How: Berapa banyak dan bagaimana saya
tahu jika saya telah mencapai tujuan saya?
·
Apa indikator kemajuan saya?
Contoh berdasarkan goal di atas:
Ketika saya sudah mencapai 1000 subscriber dan
4000jam tayang, karenanya saya harus mengupload video per hari dan
menyebarkannnya di social media.
A
– Achieveble (atau Berorientasi pada Tindakan).
Tujuan harus dapat dicapai. Ini akan membantu kita
menemukan cara untuk mewujudkan tujuan itu dan bekerja ke arah itu. Tanyakan
pada diri:
·
Apakah saya memiliki sumber daya dan
kemampuan untuk mencapai tujuan itu? Jika tidak, apa yang saya lakukan?
·
Apakah ada orang lain yang telah
berhasil melakukannya sebelumnya?
Contoh masih lanjutan di atas:
Saya punya fasilitas untuk merekam video dan
kemampuan editing video yang standar, saya akan belajar dari teman saya yang
jago editing selama sebulan penuh hingga mahir. Sudah pernah ada yang berhasil
sebelum saya untuk mendapatkan 1000 subscriber dan 4000 jam tayang di bawah 1
tahun dengan masuk dalam komunitas ‘gotongan’ subscriber.
R
– Realistic (atau Realistis).
Tujuan dapat dicapai secara realistis dengan
sumber daya dan waktu yang tersedia. Tanyakan pada diri sendiri:
·
Apakah tujuannya realistis dan dalam
jangkauan?
·
Apakah tujuan dapat dicapai, mengingat
waktu dan sumber daya?
·
Apakah saya mampu berkomitmen untuk
mencapai tujuan?
Contoh :
Saya sudah lulus skripsi dan tinggal menunggu
wisuda, selama masa menunggu saya akan menyediakan waktu 2-3 jam untuk focus membuat
video, terlebih konten yang saya buat berkaitan dengan keahlian jurusan saya,
tentu ini akan memperdalam keahlian saya.
T
– Time Bound (atau Terikat Waktu).
Tujuan harus terikat waktu dengan memiliki tanggal
mulai dan selesai. Jika tujuannya tidak dibatasi waktu, tidak akan ada rasa
urgensi sehingga kurang motivasi untuk mencapai tujuan. Tanyakan pada diri
sendiri:
·
Apakah tujuan saya memiliki deadline?
·
Kapan saya ingin mencapai tujuan Anda?
Contoh :
Saya akan memulai pembuatan video di tanggal 2
januari 2021 sampai 31 Desember 2021.
Dari tujuan yang umum itu, jika kita menuliskannya
dalam metode SMART akan terbentuk pernyataan tujuan baru seperti berikut:
Saya akan memperdalam ilmu editing video bersama
si Jono selama 1 bulan penuh di awal januari 2021 dan membuat video per hari
lalu menyebarkannya di social media sehinga mendapatkan 1000 subscriber dan
4000 jam tayang yotube di akhir tahun 2021 sehingga video saya bisa di monetize
agar saya bisa bekerja sambil merawat orangtua yang sakit dari rumah.
|
Tips Setting Goals
|
Apakah ketika kita membuat
sebuah goal maka goal itu pasti akan tercapai?
Tidak, karena faktor yang paling bisa
membuat goal itu tercapai adalah action yang kita
lakukan untuk membuat goal itu terwujud.
Action yang membuat kita lebih dekat
pada goal itu. Jadi membuat goal saja tidak akan membuat
kita mencapai goal itu, membuat goal yang baik akan membuat
kita mencapai goal itu.
Apa definisi goal yang baik adalah
definisi adalah goal yang membuat kita
terinspirasi, goal yang menginspirasi kita untuk
bertindak, goal yang membuat kita maju terus
menerus, goal yang membuat kita termotivasi terus menerus.
Berikut ini tips untuk menyusun goal yang baik :
Yang
pertama goal ini harus personal.
Artinya goal itu harus punya kita
sendiri jangan ikut-ikutan orang lain. Kalau kita bisa melihat kebanyakan orang
buat goal itu berbasis pada apa yang orang lihat di luar, di
majalah-majalah sukses. Mereka melihat orang-orang sukses melakukan apa, mereka
jadikan itu goal mereka. Tentu mendapatkan itu dan bisa mengalami
pengalaman hal seperti itu adalah pengalaman yang luar biasa. Siapa yang tidak
mau?
Tapi kebanyakan orang terlalu jauh mikirnya sampai
ketika mereka memikirkan itu ada gap yang terlalu besar dan ada hal-hal yang
harus mereka tackle, harus
mereka atasi di depan mereka.
Jadi goal yang personal
adalah goal yang melihat situasi kita, apa yang kita butuhkan, apa
yang membuat kita termotivasi, apa yang membuat kita ingin keluar dari situasi
yang sedang kita hadapi, apa yang menjadi hal yang paling penting yang ada di
depan kita ketika kita mencapainya maka semua aspek kehidupan kita
akan totally berbeda.
Goal itu yang disebut
dengan goal personal dan goal yang personal
kadang-kadang goal yang sederhana, kecil, yang ada di depan kita,
yang sangat simple, yang memang harus kita atasi saat ini. Yang memang harus
kita bongkar, selesaikan, tuntaskan di depan kita. Bukan sesuatu yang jauh
banget, yang goal-nya wah banget tapi setelah kita buat kita feel
good dan akhirnya tetap tidak menginspirasi kita untuk bertindak.
Yang
kedua adalah bermakna.
Jika kita membuat goal yang wah tapi
ternyata itu tidak bermakna buat kita tentu tidak akan menginspirasi kita untuk
terus bergerak maju. Jadi bukan besar kecilnya tapi seberapa bermaknanya goal itu
untuk kita.
Karena sesuatu yang bermakna akan membuat kita
berjuang, melakukan sesuatu dengan excited,
kita mau mewujudkan itu, karena apa? Itu penting buat kita bukan sekedar biar
wow saya mau itu tapi karena itu tidak bermakna buat kita, kita pun kehilangan
kreatifitas bagaimana caranya mencapai goal yang kita inginkan.
Ketiga
adalah spesifik dan terukur.
Spesifik kita harus bisa ukur
bukan goal yang membuat kita merasa “Ah, lumayan”
tapi goal yang bisa kita ukur. Ada ukurannya, ada harganya, ada
berapa kilogram yang harus kita turunkan, ada berapa waktu yang akan kita
investasikan, ada berapa persen return yang kita harapkan, semuanya bisa
diukur.
Semakin bisa ukur, kita bisa memikirkan strategi
untuk mewujudkannya, kita bisa memikirkan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan
untuk bisa mencapai itu.
Tanpa sebuah goal yang spesifik yang
bisa diukur maka kita kehilangan kreatifitas untuk berpikir bagaimana caranya
untuk mewujudkan itu. Karena goal kita juga sesuatu yang blur,
sesuatu yang tidak bisa kita lihat jelas. Lalu, bagaimana kita bisa memikirkan
cara-cara untuk mencapainya, langkah-langkah untuk mencapainya.
Keempat
adalah fleksibel.
Fleksibel di sini bukan berarti goal kita
berubah-ubah tapi goal ini bisa dicapai dari berbagai jalur, jadi
kita tidak pernah tahu apakah rencana A akan langsung bisa membawa kita kepada
kesuksesan yang kita inginkan. Bisa jadi rencana A gagal, kita luncurkan
rencana B. Kalau rencana B gagal tenang masih ada 24 huruf yang lain sampai Z.
Jadi fleksibel adalah kita tetap pada goal,
fleksibel pada rencana untuk mencapainya karena banyak rencana untuk mencapai
kesuksesan. Kita punya kemampuan, talenta, dan kelebihan sendiri. Jadi, gunakan
kelebihan kita untuk mencapai goal .
Kadang-kadang kita tidak tahu apa kelebihan kita
sampai kita coba terus melakukan berbagai hal sampai kita ketemu “Oh, ini
dia yang paling tepat buat saya, rencana yang paling tepat buat saya.” So, jangan menunggu passion, jangan menunggu
talenta, tapi lakukan sesuatu, lakukan sesuatu sampai talenta kita dipaksa
untuk keluar dan kita akan menemukan ini dia.
Kelima
adalah goal itu harus menantang.
Goal itu harus membuat kita merasa seru, bukan
membuat kita overwhelm. Kalau
membuat kita kewalahan itu malah mematikan kreatifitas.
Goal yang membuat seru akan memacu adrenalin
sehingga kita bisa berpikir dengan lebih baik. Goal yang seru dan
menantang akan membuat kita tidak kehabisan
energi. Goal yang overwhelm adalah goal yang
membuat kita kehilangan arah, kehilangan energy, kehilangan kekuatan dan kehilangan
kemampuan untuk berpikir. Biasanya goal yang overwhelm itu bukan goal yang
personal buat kita.
Keenam
adalah selaras dengan nilai kita.
Selaras dengan nilai agama kita, apa yang kita
yakini, selaras dengan apa yang membuat kita bahagia.
Ketujuh goal itu
harus seimbang.
Jangan menitikberatkan pada satu aspek kehidupan
saja. Jangan menitik beratkan pada aspek kesuksesan keuangan saja sampai meninggalkan
aspek kesehatan, sampai meninggalkan aspek keluarga dan relasi. (Apa saja aspek
keseimbangan hidup ? kita akan bahas next post)
Seimbang ini bukan berarti semuanya harus
dibunyikan berbarengan, harus diberikan porsi yang sama, bukan. Tapi cukup
misalkan 80% waktu dihabiskan untuk kesuksesan karir, nah 20%nya waktu kita
habiskan untuk menjaga kesehatan dan untuk keluarga dan berikan perhatian penuh
pada saat kita berada di sana.
Berarti itu sudah merupakan sebuah keseimbangan,
bukan berarti kerja 4 jam, keluarga 4 jam kemudian juga untuk menjaga kesehatan
4 jam, tidak demikian. Jadi yang penting adalah pada saat kita melakukannya
kita being there all the time, being
there 100%, being present pada saat itu 100% maka keluarga akan
merasakan dampaknya.
Jadi, misalkan kita sedang mengobrol dengan
pasangan, pasangan kita kerjanya nelpon-nelpon, whatsapp, sms? Itu bukan
sesuatu yang berkualitas.
Kedelapan
adalah realistis sesuai dengan tolak ukur kita saat itu.
Realistis bukan merendahkan realita sehingga kita
bisa capai dengan mudah tapi realistis itu adalah dengan kondisi kita sekarang
apa yang paling mungkin kita capai.
Jangan membuat goal yang berada dalam
zona nyaman, realistis di sini tidak sama dengan kita berada dalam zona nyaman,
jadi sebenarnya kita bisa mencapai 10 tapi kita cuma bikin goal 7.
Realistis di sini adalah bagaimana kita bisa mengembangkan diri kita,
mengeluarkan potensi yang terbaik, apa yang kita bisa capai.
Yang tidak realistis misalkan saya tidak pernah
main golf lalu saya bikin goal menjadi pegolf profesional yang
dibayar paling mahal di Indonesia. Itu tidak realistis, saya harus membongkar
semua rencana kehidupan saya untuk mengejar goal itu.
Jadi realistis berarti sejauh mungkin yang bisa kita
capai.
Realistis adalah sesuatu yang membuat kita
harus stretch tapi masih dalam kekuatan kita untuk mencapainya bukan kita
harus merusak semua, membongkar semua rencana hidup dan memulai hidup yang
baru. Itu juga mungkin jika kita ingin melakukannya.
Yang
kesembilan adalah memasukkan unsur kontribusi.
Ketika kita memasukan unsur kontribusi ke
dalam goal, kita merasa lebih percaya diri, lebih punya bahan bakar untuk
terus maju.
Kontribusi di sini mulai dari kontribusi pada
keluarga, pada orang-orang yang kita cintai, pada orang-orang yang mendapatkan
dampak dari karya kita, itu adalah kontribusi.
Jadi kita perlu memasukan unsur-unsur itu
sehingga goal ini lebih menginspirasi kita untuk bertindak,
menginspirasi kita untuk lebih kreatif.
Terakhir,
Kesepuluh adalah perlu didukung.
Goal ini perlu didukung tapi jangan berharap
orang lain mendukung goal kita, kalau kita berharap orang lain harus
mendukung goal kita maka kita berharap pada sesuatu yang di luar dari
kendali kita.
Kita harus mendukung goal kita sendiri,
keluarkan semua sumber daya yang kita miliki, kreatifitas yang kita miliki,
berikan dukungan 100% pada goal yang kita buat.
Saat ini kita baru membahas bagaimana cara menyusun goal yang baik untuk next post kita akan bahas bagaimana cara mencapai goal.
Source :
0 comments:
Post a Comment