Thursday, June 24, 2021

Merasa Hidup Gini-Gini Aja? Buat Goals!

 


 
Mengapa harus Setting Goals ?
 
Kenapa ada orang malas?
Kenapa ada orang membuang-buang waktu?
Kenapa ada orang sudah bekerja keras tapi merasa tidak mendapatkan sesuatu yang berharga?
Alasan utama mengapa mereka seperti ini adalah karena mereka tidak menghabiskan cukup waktu untuk memikirkan apa yang sebenarnya mereka inginkan dari kehidupan, dan belum menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri.
Proses menetapkan tujuan membantu kita memilih ke mana kita ingin pergi dalam hidup. Dengan mengetahui dengan tepat apa yang ingin dicapai, kita tahu di mana harus memusatkan upaya dan pikiran. Kita juga akan segera menemukan gangguan yang menyesatkan kita dari tujuan utama kita.
 
MIMPI yang terus kita pikirkan akan berubah bentuk menjadi RENCANA
RENCANA yang kita ucapkan akan berubah bentuk menjadi KOMITMEN
KOMITMEN yang kita lakukan akan berubah bentuk menjadi KENYATAAN,
Dengan RENCANA, kita sudah membuat satu langkah lebih dekat dengan KENYATAAN
-William Tanuwijaya, Pendiri Tokopedia-
 
 
Menetapkan tujuan memberi kita visi jangka panjang dan motivasi jangka pendek. Ini memfokuskan kita mengatur waktu dan sumber daya sehingga kita dapat memanfaatkan hidup sebaik-baiknya.
Dengan menetapkan tujuan yang tajam dan jelas, kita dapat mengukur dan bangga dengan pencapaian tujuan tersebut, dan kita akan melihat kemajuan ke depan dalam apa yang sebelumnya tampak seperti pekerjaan sia-sia yang panjang serta meningkatkan rasa percaya diri, karena kita mengenali kemampuan dan kompetensi diri sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi mulailah tetapkan tujuanmu dari sekarang!
 
 
Cara Setting Goals ‘SMART’
 
Cara ini adalah cara yang sudah popular digunakan, dengan menggunakan acronym ‘SMART’
S – Spesific (atau Signifikan).
Dalam membuat sebuah goal harus spesifik, tujuan yang spesifik memberikan peluang yang jauh lebih besar untuk dicapai. Untuk membuat tujuan yang spesifik pertanyaan-pertanyaan ini harus dipertimbangkan:
·         What : Apa yang ingin dicapai?
·         Who : Siapa yang terlibat dalam tujuan ini?
·         When : Kapan tujuan ini ingin dicapai
·         Why : Mengapa tujuan ini ingin dicapai
Contoh :
Saya ingin menjadi youtuber (Umum)
Saya ingin mendapatkan 1000 subscriber dan 4000 jam tayang di youtube di awal tahun 2022 agar video saya bisa diuangkan dan saya bisa bekerja tidak terikat karena harus sambil merawat orangtua.
 
M – Measurable (atau Berarti).
Tujuan harus memiliki kriteria untuk mengukur kemajuan. Jika tidak ada kriteria, kita tidak akan dapat menentukan kemajuan .Untuk membuat tujuan terukur, tanyakan pada diri sendiri:
·         How: Berapa banyak dan bagaimana saya tahu jika saya telah mencapai tujuan saya?
·         Apa indikator kemajuan saya?
Contoh berdasarkan goal di atas:
Ketika saya sudah mencapai 1000 subscriber dan 4000jam tayang, karenanya saya harus mengupload video per hari dan menyebarkannnya di social media.
 
A – Achieveble (atau Berorientasi pada Tindakan).
Tujuan harus dapat dicapai. Ini akan membantu kita menemukan cara untuk mewujudkan tujuan itu dan bekerja ke arah itu. Tanyakan pada diri:
·         Apakah saya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mencapai tujuan itu? Jika tidak, apa yang saya lakukan?
·         Apakah ada orang lain yang telah berhasil melakukannya sebelumnya?
Contoh masih lanjutan di atas:
Saya punya fasilitas untuk merekam video dan kemampuan editing video yang standar, saya akan belajar dari teman saya yang jago editing selama sebulan penuh hingga mahir. Sudah pernah ada yang berhasil sebelum saya untuk mendapatkan 1000 subscriber dan 4000 jam tayang di bawah 1 tahun dengan masuk dalam komunitas ‘gotongan’ subscriber.

R – Realistic (atau Realistis).
Tujuan dapat dicapai secara realistis dengan sumber daya dan waktu yang tersedia. Tanyakan pada diri sendiri:
·         Apakah tujuannya realistis dan dalam jangkauan?
·         Apakah tujuan dapat dicapai, mengingat waktu dan sumber daya?
·         Apakah saya mampu berkomitmen untuk mencapai tujuan?
Contoh :
Saya sudah lulus skripsi dan tinggal menunggu wisuda, selama masa menunggu saya akan menyediakan waktu 2-3 jam untuk focus membuat video, terlebih konten yang saya buat berkaitan dengan keahlian jurusan saya, tentu ini akan memperdalam keahlian saya.
 
T – Time Bound (atau Terikat Waktu).
Tujuan harus terikat waktu dengan memiliki tanggal mulai dan selesai. Jika tujuannya tidak dibatasi waktu, tidak akan ada rasa urgensi sehingga kurang motivasi untuk mencapai tujuan. Tanyakan pada diri sendiri:
·         Apakah tujuan saya memiliki deadline?
·         Kapan saya ingin mencapai tujuan Anda?
Contoh :
Saya akan memulai pembuatan video di tanggal 2 januari 2021 sampai 31 Desember 2021.
 
Dari tujuan yang umum itu, jika kita menuliskannya dalam metode SMART akan terbentuk pernyataan tujuan baru seperti berikut:
Saya akan memperdalam ilmu editing video bersama si Jono selama 1 bulan penuh di awal januari 2021 dan membuat video per hari lalu menyebarkannya di social media sehinga mendapatkan 1000 subscriber dan 4000 jam tayang yotube di akhir tahun 2021 sehingga video saya bisa di monetize agar saya bisa bekerja sambil merawat orangtua yang sakit dari rumah.
 
 
Tips Setting Goals
 
Apakah ketika kita membuat sebuah goal maka goal itu pasti akan tercapai?
Tidak, karena faktor yang paling bisa membuat goal itu tercapai adalah action yang kita lakukan  untuk membuat goal itu terwujud. 
Action yang membuat kita lebih dekat pada goal itu. Jadi membuat goal saja tidak akan membuat kita mencapai goal itu, membuat goal yang baik akan membuat kita mencapai goal itu.
Apa definisi goal yang baik adalah definisi adalah goal yang membuat kita terinspirasi, goal yang menginspirasi kita untuk bertindak, goal yang membuat kita maju terus menerus, goal yang membuat kita termotivasi terus menerus.
Berikut ini tips untuk menyusun goal yang baik :
Yang pertama goal ini harus personal.
Artinya goal itu harus punya kita sendiri jangan ikut-ikutan orang lain. Kalau kita bisa melihat kebanyakan orang buat goal itu berbasis pada apa yang orang lihat di luar, di majalah-majalah sukses. Mereka melihat orang-orang sukses melakukan apa, mereka jadikan itu goal mereka. Tentu mendapatkan itu dan bisa mengalami pengalaman hal seperti itu adalah pengalaman yang luar biasa. Siapa yang tidak mau?
Tapi kebanyakan orang terlalu jauh mikirnya sampai ketika mereka memikirkan itu ada gap yang terlalu besar dan ada hal-hal yang harus mereka tackle, harus mereka atasi di depan mereka.
Jadi goal yang personal adalah goal yang melihat situasi kita, apa yang kita butuhkan, apa yang membuat kita termotivasi, apa yang membuat kita ingin keluar dari situasi yang sedang kita hadapi, apa yang menjadi hal yang paling penting yang ada di depan kita ketika kita mencapainya maka semua aspek kehidupan kita akan totally berbeda.
Goal itu yang disebut dengan goal personal dan goal yang personal kadang-kadang goal yang sederhana, kecil, yang ada di depan kita, yang sangat simple, yang memang harus kita atasi saat ini. Yang memang harus kita bongkar, selesaikan, tuntaskan di depan kita. Bukan sesuatu yang jauh banget, yang goal-nya wah banget tapi setelah kita buat kita feel good dan akhirnya tetap tidak menginspirasi kita untuk bertindak.

Yang kedua adalah bermakna.
Jika kita membuat goal yang wah tapi ternyata itu tidak bermakna buat kita tentu tidak akan menginspirasi kita untuk terus bergerak maju. Jadi bukan besar kecilnya tapi seberapa bermaknanya goal itu untuk kita.
Karena sesuatu yang bermakna akan membuat kita berjuang, melakukan sesuatu dengan excited, kita mau mewujudkan itu, karena apa? Itu penting buat kita bukan sekedar biar wow saya mau itu tapi karena itu tidak bermakna buat kita, kita pun kehilangan kreatifitas bagaimana caranya mencapai goal yang kita inginkan.

Ketiga adalah spesifik dan terukur.
Spesifik kita harus bisa ukur bukan goal yang membuat kita merasa “Ah, lumayan” tapi goal yang bisa kita ukur. Ada ukurannya, ada harganya, ada berapa kilogram yang harus kita turunkan, ada berapa waktu yang akan kita investasikan, ada berapa persen return yang kita harapkan, semuanya bisa diukur.
Semakin bisa ukur, kita bisa memikirkan strategi untuk mewujudkannya, kita bisa memikirkan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk bisa mencapai itu.
Tanpa sebuah goal yang spesifik yang bisa diukur maka kita kehilangan kreatifitas untuk berpikir bagaimana caranya untuk mewujudkan itu. Karena goal kita juga sesuatu yang blur, sesuatu yang tidak bisa kita lihat jelas. Lalu, bagaimana kita bisa memikirkan cara-cara untuk mencapainya, langkah-langkah untuk mencapainya.
 
Keempat adalah fleksibel.
Fleksibel di sini bukan berarti goal kita berubah-ubah tapi goal ini bisa dicapai dari berbagai jalur, jadi kita tidak pernah tahu apakah rencana A akan langsung bisa membawa kita kepada kesuksesan yang kita inginkan. Bisa jadi rencana A gagal, kita luncurkan rencana B. Kalau rencana B gagal tenang masih ada 24 huruf yang lain sampai Z.
Jadi fleksibel adalah kita tetap pada goal, fleksibel pada rencana untuk mencapainya karena banyak rencana untuk mencapai kesuksesan. Kita punya kemampuan, talenta, dan kelebihan sendiri. Jadi, gunakan kelebihan kita untuk mencapai goal .
Kadang-kadang kita tidak tahu apa kelebihan kita sampai kita coba terus melakukan berbagai hal sampai kita ketemu “Oh, ini dia yang paling tepat buat saya, rencana yang paling tepat buat saya.” So, jangan menunggu passion, jangan menunggu talenta, tapi lakukan sesuatu, lakukan sesuatu sampai talenta kita dipaksa untuk keluar dan kita akan menemukan ini dia.
 
Kelima adalah goal itu harus menantang. 
Goal itu harus membuat kita merasa seru, bukan membuat kita overwhelm. Kalau membuat kita kewalahan itu malah mematikan kreatifitas.
Goal yang membuat seru akan memacu adrenalin sehingga kita bisa berpikir dengan lebih baik. Goal yang seru dan menantang akan membuat kita tidak kehabisan energi. Goal yang overwhelm adalah goal yang membuat kita kehilangan arah, kehilangan energy, kehilangan kekuatan dan kehilangan kemampuan untuk berpikir. Biasanya goal yang overwhelm itu bukan goal yang personal buat kita.

Keenam adalah  selaras dengan nilai kita.
Selaras dengan nilai agama kita, apa yang kita yakini, selaras dengan apa yang membuat kita bahagia.

Ketujuh goal itu harus seimbang.
Jangan menitikberatkan pada satu aspek kehidupan saja. Jangan menitik beratkan pada aspek kesuksesan keuangan saja sampai meninggalkan aspek kesehatan, sampai meninggalkan aspek keluarga dan relasi. (Apa saja aspek keseimbangan hidup ? kita akan bahas next post)
Seimbang ini bukan berarti semuanya harus dibunyikan berbarengan, harus diberikan porsi yang sama, bukan. Tapi cukup misalkan 80% waktu dihabiskan untuk kesuksesan karir, nah 20%nya waktu kita habiskan untuk menjaga kesehatan dan untuk keluarga dan berikan perhatian penuh pada saat kita berada di sana.
Berarti itu sudah merupakan sebuah keseimbangan, bukan berarti kerja 4 jam, keluarga 4 jam kemudian juga untuk menjaga kesehatan 4 jam, tidak demikian. Jadi yang penting adalah pada saat kita melakukannya kita being there all the time, being there 100%, being present pada saat itu 100% maka keluarga akan merasakan dampaknya.
Jadi, misalkan kita sedang mengobrol dengan pasangan, pasangan kita kerjanya nelpon-nelpon, whatsapp, sms? Itu bukan sesuatu yang berkualitas.

Kedelapan adalah realistis sesuai dengan tolak ukur kita saat itu.
Realistis bukan merendahkan realita sehingga kita bisa capai dengan mudah tapi realistis itu adalah dengan kondisi kita sekarang apa yang paling mungkin kita capai.
Jangan membuat goal yang berada dalam zona nyaman, realistis di sini tidak sama dengan kita berada dalam zona nyaman, jadi sebenarnya kita bisa mencapai 10 tapi kita cuma bikin goal 7. Realistis di sini adalah bagaimana kita bisa mengembangkan diri kita, mengeluarkan potensi yang terbaik, apa yang kita bisa capai.
Yang tidak realistis misalkan saya tidak pernah main golf lalu saya bikin goal menjadi pegolf profesional yang dibayar paling mahal di Indonesia. Itu tidak realistis, saya harus membongkar semua rencana kehidupan saya untuk mengejar goal itu.
Jadi realistis berarti sejauh mungkin yang bisa kita capai.
Realistis adalah sesuatu yang membuat kita harus stretch tapi masih dalam kekuatan kita untuk mencapainya bukan kita harus merusak semua, membongkar semua rencana hidup dan memulai hidup yang baru. Itu juga mungkin jika kita ingin melakukannya.

Yang kesembilan adalah memasukkan unsur kontribusi.
Ketika kita memasukan unsur kontribusi ke dalam goal, kita merasa lebih percaya diri, lebih punya bahan bakar untuk terus maju.
Kontribusi di sini mulai dari kontribusi pada keluarga, pada orang-orang yang kita cintai, pada orang-orang yang mendapatkan dampak dari karya kita, itu adalah kontribusi.
Jadi kita perlu memasukan unsur-unsur itu sehingga goal ini lebih menginspirasi kita untuk bertindak, menginspirasi kita untuk lebih kreatif.

Terakhir, Kesepuluh adalah perlu didukung. 
Goal ini perlu didukung tapi jangan berharap orang lain mendukung goal kita, kalau kita berharap orang lain harus mendukung goal kita maka kita berharap pada sesuatu yang di luar dari kendali kita.
Kita harus mendukung goal kita sendiri, keluarkan semua sumber daya yang kita miliki, kreatifitas yang kita miliki, berikan dukungan 100% pada goal yang kita buat.
 
Saat ini kita baru membahas bagaimana cara menyusun goal yang baik untuk next post kita akan bahas bagaimana cara mencapai goal.
 
 
Source :
 

Share:

0 comments:

Post a Comment